Provinsi Jawa Timur memiliki bentang alam dan demografi yang sangat beragam. Dari total 48 gunung yang ada, tujuh di antaranya berstatus aktif seperti Bromo, Semeru, Kelud, Raung, Ijen, Arjuno, dan Lamongan. Luas wilayah Jawa Timur mencapai 48.037 km² atau sekitar 36,75% Pulau Jawa, dengan kekayaan maritim berupa 512 pulau, 11 kecamatan kepulauan, dan 118 desa kepulauan di empat kabupaten. Secara administratif, Jawa Timur terbagi dalam 38 kabupaten/kota, 666 kecamatan, serta 8.494 desa/kelurahan. Dari sisi demografi, jumlah penduduk diproyeksikan mencapai 42,09 juta jiwa pada 2025, dengan komposisi 20,98 juta laki-laki dan 21,11 juta perempuan, serta laju pertumbuhan penduduk 0,66%.
Pada sektor ekonomi, kinerja Jawa Timur menunjukkan peran yang sangat strategis. PDRB Jawa Timur Triwulan II-2025 atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp849,30 triliun, dengan struktur ekonomi yang ditopang sektor industri (31,10%), perdagangan (18,20%), pertanian (11,50%), dan 14 sektor lainnya (39,20%). Provinsi ini menjadi penyumbang perekonomian terbesar kedua di Pulau Jawa dengan kontribusi 25,36% dan sekaligus menyumbang 14,44% terhadap total perekonomian nasional. Dari sisi pertumbuhan, Jawa Timur mencatat kinerja impresif dengan pertumbuhan triwulanan (q-to-q) tertinggi di Pulau Jawa sebesar 5,12%, pertumbuhan tahunan (y-on-y) sebesar 5,23%, serta pertumbuhan kalender (c-to-c) sebesar 3,09%.
Kontribusi strategis Jawa Timur juga terlihat dari sektor energi, khususnya migas. Pada Semester I-2025, lifting migas Jawa Timur mencapai 277,6 MBOEPD atau sekitar 17,8% dari total lifting nasional, menjadikannya daerah dengan lifting migas terbesar ketiga secara nasional. Realisasi produksi migas bahkan mencatat kinerja positif, dengan produksi minyak sebesar 179.891,39 BOPD (106,51% dari target APBN), meski realisasi gas mencapai 597,93 MMscfd (91,82% dari target). Capaian ini membuktikan bahwa Jawa Timur adalah salah satu penopang utama industri migas Indonesia.
Dalam mendukung sektor hulu migas, Jawa Timur berperan aktif melalui kegiatan eksplorasi dan produksi oleh KKKS, serta pengelolaan Participating Interest (PI) 10% di 10 wilayah kerja migas oleh BUMD PT Petrogas Jatim Utama (PJU). Sementara di sektor hilir, Jawa Timur menggandeng berbagai investor, mulai dari pembangunan infrastruktur pipa gas, kerja sama LPG 3 kg, hingga pemanfaatan gas untuk listrik, industri, dan CNG. Koperasi Desa Merah Putih bahkan telah mengelola 8.494 unit pangkalan LPG 3 kg yang tersebar di seluruh Jawa Timur.
Potensi hilirisasi migas juga semakin besar dengan keberadaan kawasan industri. Saat ini terdapat 10 kawasan industri eksisting dengan total luas 4.904 hektar dan 1.674 tenant, seperti JIIPE, SIER, Maspion Industrial Estate, hingga KI Tuban. Selain itu, terdapat rencana pengembangan 8 kawasan industri baru, antara lain di Gresik, Jombang, Lamongan, Banyuwangi, Bangkalan, Ngawi, Nganjuk, dan Madiun. Hal ini membuka peluang besar bagi penyaluran gas bumi untuk memperkuat daya saing industri.
Pengembangan sektor hulu migas di Jawa Timur juga terus berjalan dengan adanya proyek lapangan migas, pengeboran, dan survei seismik. Beberapa proyek penting antara lain Banyuurip Infill Clastic (ExxonMobil Cepu), Hidayah dan Bukit Panjang (Petronas Carigali), Sumber (PHE Tuban), Reaktivasi Camar (Prima Energi Bawean), Paus Biru (Medco Energi Sampang), serta Lengo (KrisEnergy). Sejumlah kegiatan pengeboran juga berlangsung di Pangkah, Sidayu, Bukit Tua, Mudi, hingga Kawengan. Selain itu, survei seismik 3D di kawasan Kangean turut dilakukan untuk memperkuat eksplorasi migas di wilayah ini.
Menutup capaian tahun 2025, Jawa Timur berhasil menegaskan posisinya sebagai motor penggerak ekonomi sekaligus penopang energi nasional. Dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,23% y-on-y, kontribusi lifting migas yang mencapai 17,8% dari nasional, serta dukungan sektor hulu dan hilir migas melalui sinergi pemerintah daerah, BUMD, KKKS, dan investor, Jawa Timur terus melangkah menuju kemandirian dan swasembada energi Indonesia.